Manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan 
perempuan atau biasa juga disebut wanita, sebagian mengartikan berbeda 
makna perempuan dan wanita tergantung sudut pandang sejarahnya, akan 
tetapi secara naluri dan biologisnya wanita dan perempuan itu sama saja.
 Seperti halnya istilah laki-laki dan pria. Manusia yang beragama Islam 
atau yang telah bersyahadat disebut dengan muslim yang artinya berserah 
diri kepada Allah SWT, bagi laki-laki muslim disebut dengan muslimin dan
 bagi wanita disebut muslimah. Dalam hal ini akan dipaparkan mengenai 
kunci menjadi muslimah yang bahagia dunia akhirat:
- Bahagia Sebagai Ciptaan Allah SWT
 
Dalam
 Islam, posisi wanita dan pria sama. Keduanya berasal dari ayah dan ibu 
yang sama yaitu Adam dan Hawa. Asal-usul yang sama, memiliki sifat 
kemanusiaan yang sama, tanggung jawab terhadap agama yang sama, serta 
ketentuan takdir yang sama-sama dari Allah SWT. Wanita dan pria 
diciptakan oleh Allah SWT dari satu inti, kemudian Allah menciptakan 
dari inti itu pasangannya agar saling melengkapi. Seperti tercantum 
dalam ayat:
“Dia (lah) yang menciptakan kamu dari diri yang 
satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang 
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan 
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian 
tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, 
Tuhan-nya, seraya berkata, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak 
yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Araaf: 189).
Islam
 datang di saat banyak orang tidak menghargai keberadaan w
anita. Banyak 
yang menganggap bahwa wanita hanya sebagai pelayan pria, lalu dengan 
datangnya Islam, keadaan berubah harga diri dan martabat wanita 
terangkat. Bahkan Islam menegaskan perannya dalam menaati perintah 
Allah, tanggung jawabnya mencari jalan ke surga. Islam menempatkan 
wanita sebagai manusia mulia. Pria adalah saudara bagi wanita, dan 
wanita adalah pasangan bagi pria sebagaimana tercantum dalam ayat:
“Dan
 orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka 
(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh 
(mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat,
 menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka 
itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi 
Maha Bijaksana.” (Qs. At-Taubah: 71).
Patut 
direnungi bahwa sebagai Muslimah sudah sepantasnya kita berbahagia 
dengan posisi kita yang tidak dibeda-bedakan oleh Allah SWT, bahkan 
dikatakan kita sebagai makhluk mulia.
- Bahagia Sebagai Seorang Anak
 
Pada
 zaman sebelum Islam, orang arab Jahiliyah merasa kecewa dan marah 
dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Bahkan dalam tradisi mereka 
memperbolehkan seorang ayah mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka 
karena alasan bebar-benar miskin, atau karena takut miskin atau takut 
akan aib yang dia bawa saat dewasa. Lalu Allah berfirman untuk mencela 
dan menghina mereka melalui ayat dalam Al-quran:
“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (At-Takwiir: 8-9).
Dalam ayat lain digambarkan kondisi seorang ayah saat anak perempuannya dilahirkan, “Dan
 apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak 
perempuan hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia 
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita 
yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan 
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah 
(hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan 
itu.” (An-Nahl: 58-59).
Akan tetapi, setelah
 Islam datang memutuskan bahwa anak perempuan seperti juga anak 
laki-laki yang merupakan anugerah dari Allah yang diberikan kepada 
siapapun yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-NYA. “Kepunyaan 
Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia 
kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia 
kehendaki dan …..” (Asy-Syuura: 49-50)
Bahkan
 dalam Hadist disebutkan Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Aisyah 
menceritakan, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang menanggung dua 
orang anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan 
menjadi tirai pencegah baginya dari api neraka”.
Jadi jelaslah 
bahwa anak perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang wajib 
dimuliakan oleh orang-orang yang menjadi mahramnya yang cenderung harus 
menjaga, melindungi dan memelihara mereka dengan mencukupi seluruh 
kebutuhan lahir batinnya, tanpa membebani mereka dengan 
pekerjaan-pekerjaan layaknya bagi seorang laki-laki. Hal ini merupakan 
anugerah yang harus disyukuri dan sebagai rahmat yang harus dimohonkan 
karena pahalanya syurga bagi mereka yang memuliakan anak perempuan.
- Bahagia Sebagai Seorang Istri
 
Islam
 memerintahkan umatnya untuk menikah dan menyatakan, pernikahan adalah 
salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. “Dan di 
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu 
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa 
tentram kepadanya, dan dijadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. 
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda 
bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21).
Bahkan
 Islam memposisikan istri shalihah sebagai harta yang paling berharga 
bagi seorang suami dalam kehidupannya, setelah iman kepada Allah dan 
menjalankan perintah-Nya. Wanita shalihah adalah kunci kebahagiaan, 
sebagaimana sabda Rasulullah Saw berkata, “Maukah engkau aku beritahu 
harta apa yang paling berharga bagi suami? Dia adalah istri yang 
shalihah. Jika suami memandang isterinya dia menyenangkannya; jika suami
 memberi perintah, dia menuruti; dan jika suami jauh darinya, dia 
menjaga kehormatan suaminya.” (HR Abu Dawud). Hadist lain menyebutkan “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Islam
 menetapkan hak-hak istri yang harus dipenuhi suaminya. Istri bukan 
sebagai “boneka” bagi suaminya. Sebaliknya, Islam menempatkan istri 
lebih dari seorang pelindung dan pengawas. Alasannya karena pertama, 
wanita diberi keyakinan sebagai seorang muslim, kedua, Islam memberi 
wanita hati nurani untuk membangun masyarakat, ketiga, Islam menetapkan 
hukum tentang wanita dan komitmen terhadapnya. Jadi beruntunglah dan 
patut bahagia kita sebagai Muslimah dilindungi oleh Islam agar hak-hak 
kita dan kedudukan kita tetap Mulia di hadapan Allah SWT dan manusia 
lainnya.
- Bahagia Sebagai Seorang Ibu
 
Tidak
 ada dalam sejarah sebuah agama atau sebuah sistem yang menghormati 
wanita sebagai ibu dan mengangkat harkatnya sebaik Islam. Islam sangat 
menghormati wanita dan perintah ini turun langsung setelah turunnya 
perintah untuk menyembah dan percaya pada ke Esa-an Allah. Allah telah 
membuat kebajikan terhormat bagi seorang ibu dan Dia mengutamakan hak 
ibu daripada hak ayah, karena ibu telah memikul penderitaan dalam 
mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya. Hal ini 
tersurat dalam ayat Alquran:
“Dan Kami perintahkan kepada 
manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah 
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
 dalam dua tahun. Bersyukurlah kepda-Ku dan kepada kedua orang ibu 
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Dalam sebuah hadist disebutkan ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw lalu berkata, “Ya Rasulullah! Saya ingin ikut berperang dan saya meminta nasehat Anda.“ Beliau bertanya, “Apakah kamu masih punya seorang ibu?” Pria itu menjawab, “Ya” beliau berkata, “Jangan tinggalkan dia karena surga berada di bawah telapak kakinya.”
Setelah
 pemaparan di atas masihkan kita tidak bersyukur menjadi seorang 
Muslimah? Cara terbaik untuk berbahagia menjadi Muslimah di manapun 
posisi kita berada baik sebagai makhluk, anak, istri maupun sebagai ibu 
selayaknya kita kembalikan kemuliaan itu kepada hukum Islam, bukan 
menjadi budak sistem seperti sekarang yang menjadikan wanita sebagai 
komoditi bahkan barang dagangan, wanita sekarang harus bersusah payah 
mencari nafkah karena tuntutan ekonomi, pelecehan seksual karena kondisi
 yang serba bebas, dijadikan komoditi ajang pamer tubuh, lupa akan 
kodratnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT. Untuk itulah Islam 
mengatur dari mulai cara berpakaian Muslimah sampai cara bersikap 
sebagai seorang muslimah yang tujuannya untuk menjaga kemuliaan wanita 
itu sendiri. Lalu apa bedanya zaman sekarang dengan zaman jahiliyah 
dulu? Kodrat sebagai seorang wanita dan ibu menjadi tugas utama bagi 
seorang muslimah yang taat kepada hukum Allah SWT. Syariat Islam telah 
menetapkan bahwa wanita adalah seorang ibu dan pengatur rumah tangga 
(Ummun wa rabbah al-bayt), menjaga kehormatan, menjadi madrasah utama 
bagi anak-anaknya, menjadi istri shalihah bagi suaminya dan masih banyak
 lagi jalan jihad
 yang bisa dilakukan oleh muslimah yang ingin taat pada Allah SWT dan 
Rasulnya untuk meraih surga Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan),
 menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya:
 Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.”
 (HR. Ahmad 1/191)
Maka dari itu untuk mengembalikan kemuliaan 
wanita dan tetap berbahagia menjadi seorang Muslimah, kita harus 
memiliki sistem yang berlandaskan pada hukum syara, untuk itulah perlu 
adanya wadah untuk menerapkan hukum itu yang disebut dengan sistem 
khilafah ‘ala minhaj an nubuwwah (sistem ke-nabian). Di mana dengan 
wadah dan sistem inilah kemuliaan seorang muslimah akan dapat diraih, 
dan muslimah tidak akan terus terpuruk oleh kondisi seperti sekarang.
Wallah a’lam bi ash-shawab.
Sumber :http://www.dakwatuna.com/2015/05/06/68283/kunci-menjadi-muslimah-bahagia/ 







0 komentar:
Posting Komentar