Sabtu, 22 Agustus 2015

Kunci Menjadi Muslimah Bahagia

Manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan atau biasa juga disebut wanita, sebagian mengartikan berbeda makna perempuan dan wanita tergantung sudut pandang sejarahnya, akan tetapi secara naluri dan biologisnya wanita dan perempuan itu sama saja. Seperti halnya istilah laki-laki dan pria. Manusia yang beragama Islam atau yang telah bersyahadat disebut dengan muslim yang artinya berserah diri kepada Allah SWT, bagi laki-laki muslim disebut dengan muslimin dan bagi wanita disebut muslimah. Dalam hal ini akan dipaparkan mengenai kunci menjadi muslimah yang bahagia dunia akhirat:
  1. Bahagia Sebagai Ciptaan Allah SWT
Dalam Islam, posisi wanita dan pria sama. Keduanya berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam dan Hawa. Asal-usul yang sama, memiliki sifat kemanusiaan yang sama, tanggung jawab terhadap agama yang sama, serta ketentuan takdir yang sama-sama dari Allah SWT. Wanita dan pria diciptakan oleh Allah SWT dari satu inti, kemudian Allah menciptakan dari inti itu pasangannya agar saling melengkapi. Seperti tercantum dalam ayat:
“Dia (lah) yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan-nya, seraya berkata, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Araaf: 189).
Islam datang di saat banyak orang tidak menghargai keberadaan w
anita. Banyak yang menganggap bahwa wanita hanya sebagai pelayan pria, lalu dengan datangnya Islam, keadaan berubah harga diri dan martabat wanita terangkat. Bahkan Islam menegaskan perannya dalam menaati perintah Allah, tanggung jawabnya mencari jalan ke surga. Islam menempatkan wanita sebagai manusia mulia. Pria adalah saudara bagi wanita, dan wanita adalah pasangan bagi pria sebagaimana tercantum dalam ayat:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. At-Taubah: 71).
Patut direnungi bahwa sebagai Muslimah sudah sepantasnya kita berbahagia dengan posisi kita yang tidak dibeda-bedakan oleh Allah SWT, bahkan dikatakan kita sebagai makhluk mulia.
  1. Bahagia Sebagai Seorang Anak
Pada zaman sebelum Islam, orang arab Jahiliyah merasa kecewa dan marah dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Bahkan dalam tradisi mereka memperbolehkan seorang ayah mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena alasan bebar-benar miskin, atau karena takut miskin atau takut akan aib yang dia bawa saat dewasa. Lalu Allah berfirman untuk mencela dan menghina mereka melalui ayat dalam Al-quran:
“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.” (At-Takwiir: 8-9).
Dalam ayat lain digambarkan kondisi seorang ayah saat anak perempuannya dilahirkan, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59).
Akan tetapi, setelah Islam datang memutuskan bahwa anak perempuan seperti juga anak laki-laki yang merupakan anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapapun yang Allah kehendaki dari hamba-hamba-NYA. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan …..” (Asy-Syuura: 49-50)
Bahkan dalam Hadist disebutkan Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Aisyah menceritakan, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang menanggung dua orang anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi tirai pencegah baginya dari api neraka”.
Jadi jelaslah bahwa anak perempuan dalam Islam memiliki kedudukan yang wajib dimuliakan oleh orang-orang yang menjadi mahramnya yang cenderung harus menjaga, melindungi dan memelihara mereka dengan mencukupi seluruh kebutuhan lahir batinnya, tanpa membebani mereka dengan pekerjaan-pekerjaan layaknya bagi seorang laki-laki. Hal ini merupakan anugerah yang harus disyukuri dan sebagai rahmat yang harus dimohonkan karena pahalanya syurga bagi mereka yang memuliakan anak perempuan.
  1. Bahagia Sebagai Seorang Istri
Islam memerintahkan umatnya untuk menikah dan menyatakan, pernikahan adalah salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21).
Bahkan Islam memposisikan istri shalihah sebagai harta yang paling berharga bagi seorang suami dalam kehidupannya, setelah iman kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Wanita shalihah adalah kunci kebahagiaan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw berkata, “Maukah engkau aku beritahu harta apa yang paling berharga bagi suami? Dia adalah istri yang shalihah. Jika suami memandang isterinya dia menyenangkannya; jika suami memberi perintah, dia menuruti; dan jika suami jauh darinya, dia menjaga kehormatan suaminya.” (HR Abu Dawud). Hadist lain menyebutkan “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Islam menetapkan hak-hak istri yang harus dipenuhi suaminya. Istri bukan sebagai “boneka” bagi suaminya. Sebaliknya, Islam menempatkan istri lebih dari seorang pelindung dan pengawas. Alasannya karena pertama, wanita diberi keyakinan sebagai seorang muslim, kedua, Islam memberi wanita hati nurani untuk membangun masyarakat, ketiga, Islam menetapkan hukum tentang wanita dan komitmen terhadapnya. Jadi beruntunglah dan patut bahagia kita sebagai Muslimah dilindungi oleh Islam agar hak-hak kita dan kedudukan kita tetap Mulia di hadapan Allah SWT dan manusia lainnya.
  1. Bahagia Sebagai Seorang Ibu
Tidak ada dalam sejarah sebuah agama atau sebuah sistem yang menghormati wanita sebagai ibu dan mengangkat harkatnya sebaik Islam. Islam sangat menghormati wanita dan perintah ini turun langsung setelah turunnya perintah untuk menyembah dan percaya pada ke Esa-an Allah. Allah telah membuat kebajikan terhormat bagi seorang ibu dan Dia mengutamakan hak ibu daripada hak ayah, karena ibu telah memikul penderitaan dalam mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya. Hal ini tersurat dalam ayat Alquran:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepda-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Dalam sebuah hadist disebutkan ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw lalu berkata, “Ya Rasulullah! Saya ingin ikut berperang dan saya meminta nasehat Anda.“ Beliau bertanya, “Apakah kamu masih punya seorang ibu?” Pria itu menjawab, “Ya” beliau berkata, “Jangan tinggalkan dia karena surga berada di bawah telapak kakinya.”
Setelah pemaparan di atas masihkan kita tidak bersyukur menjadi seorang Muslimah? Cara terbaik untuk berbahagia menjadi Muslimah di manapun posisi kita berada baik sebagai makhluk, anak, istri maupun sebagai ibu selayaknya kita kembalikan kemuliaan itu kepada hukum Islam, bukan menjadi budak sistem seperti sekarang yang menjadikan wanita sebagai komoditi bahkan barang dagangan, wanita sekarang harus bersusah payah mencari nafkah karena tuntutan ekonomi, pelecehan seksual karena kondisi yang serba bebas, dijadikan komoditi ajang pamer tubuh, lupa akan kodratnya sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT. Untuk itulah Islam mengatur dari mulai cara berpakaian Muslimah sampai cara bersikap sebagai seorang muslimah yang tujuannya untuk menjaga kemuliaan wanita itu sendiri. Lalu apa bedanya zaman sekarang dengan zaman jahiliyah dulu? Kodrat sebagai seorang wanita dan ibu menjadi tugas utama bagi seorang muslimah yang taat kepada hukum Allah SWT. Syariat Islam telah menetapkan bahwa wanita adalah seorang ibu dan pengatur rumah tangga (Ummun wa rabbah al-bayt), menjaga kehormatan, menjadi madrasah utama bagi anak-anaknya, menjadi istri shalihah bagi suaminya dan masih banyak lagi jalan jihad yang bisa dilakukan oleh muslimah yang ingin taat pada Allah SWT dan Rasulnya untuk meraih surga Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191)
Maka dari itu untuk mengembalikan kemuliaan wanita dan tetap berbahagia menjadi seorang Muslimah, kita harus memiliki sistem yang berlandaskan pada hukum syara, untuk itulah perlu adanya wadah untuk menerapkan hukum itu yang disebut dengan sistem khilafah ‘ala minhaj an nubuwwah (sistem ke-nabian). Di mana dengan wadah dan sistem inilah kemuliaan seorang muslimah akan dapat diraih, dan muslimah tidak akan terus terpuruk oleh kondisi seperti sekarang.
Wallah a’lam bi ash-shawab.


Sumber :http://www.dakwatuna.com/2015/05/06/68283/kunci-menjadi-muslimah-bahagia/

15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Al Qur'an

Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran. ()
Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama . ()
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
  1. Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
  2. Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
  3. Surat Yunus sampai Surat An Nahl
  4. Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
  5. Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
  6. Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
  7. Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها

Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini - alhamdulillah - banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah Ke empat belas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
  • Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
  • Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
  • Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
  • ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
  • Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
  • Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
  • Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
( Bersambung pada masalah lain dalam seri ” Sukses Belajar ” volume : 3 )
( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120
( ) Ibid, hal.21-39
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
( ) Ibid. hal 12
( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15

Sumber : http://www.ahmadzain.com/read/penulis/132/15-langkah-efektif-untuk-menghafal-al-quran/

Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami

Berikut ini 5 cara alami untuk menghilangkan komedo yang bisa anda lakukan di rumah tanpa pergi ke klinik kecantikan. Mari kita simak bersama.
1. PEPAYA
Buah pepaya sudah sangat terkenal akan khasiatnya untuk perawatan maupun kecantikan kulit wajah. Salah satu keunggulan pepaya adalah untuk mengatasi komedo. Caranya cukup mudah, yaitu buatlah masker papaya. Lembutkan potongan buah papaya hingga mirip bubur secukupnya dan kemudian oleskan pada sekitar wajah yang nampak terdapat komedo secara merata. Biarkan beberapa saat lalu bilas dengan air bersih. Anda bisa melakukan hal ini pada saat bangun pagi dan menjelang tidur malam.
2. LIDAH BUAYA
Gel lidah buaya sangat berkhasiat untuk mengatasi komedo anda. Caranya yaitu siapkan 1 batang lidah buaya, kemudian iris menjadi dua bagian. Ambil lendir atau gelnya dan oleskan pada area hidung maupun wajah anda yang berkomedo. lakukan secara rutin 1-2 kali sehari sampai komedo anda tak nampak kembali. Jika gel yang dihasilkan dirasa kurang, anda juga bisa memblender/juice potongan lidah buaya tersebut.
3. UAP AIR PANAS
Nah, biasanya jika anda sedang merebus air, maka manfaatkan uap air panasnya untuk menghilangkan komedo anda. Selain itu cara efektif lainnya adalah dengan menambahkan sedikit garam pada rebusan air tersebut, kemudian tunggu sampai mendidih, lalu uapi wajah atau area yang berkomedo selama 5-10 menit lamanya. Untuk lebih maksimal, tutup kepala anda dengan handuk, lalu duduk dan hadapkan wajah anda di depan air panas yang ditaruh di baskom. Metode ini juga bagus untuk memperlancar peredaran darah dan meredakan batuk flu.
4. JUS LEMON
Cara menghilangkan komedo secara alami selanjutnya yaitu dengan menggunakan jus lemon atau jeruk nipis. Lemon sangat efektif untuk menghilangkan minyak berlebih pada wajah. Caranya yaitu siapkan jus lemon, campurkan dengan minyak almond dan gliserin. Campurkan ketiga bahan tersebut dan haluskan menggunakan blender. Setelah itu oleskan pada area yang berkomedo secara merata, tunggu beberapa 10 menit lalu bilas memakai air bersih. Cara ini juga ampuh untuk menghilangkan noda-noda flek hitam pada wajah anda. Anda juga bisa membuat scrub, dengan campuran air lemon, air garam, madu dan yoghurt. Campurkan bahan tersebut lalu gosokkan lembut di area yang terkena komedo.
5. PUTIH TELUR
Khusus untuk hal ini ambil bagian putih telurnya saja untuk mengatasi masalah komedo anda. Caranya yaitu dengan balurkan putih telur (anda juga bisa menambahkan satu sendok madu) pada wajah yang terserang komedo atau hidung anda secara merata, kemudian diamkan sampai terasa mengering, sekitar 25-30 menit. Selanjutnya basuh muka anda menggunakan air hangat.

Tips Mencegah Timbulnya Komedo

Selain cara mengatasi komedo diatas, yang juga penting adalah menjaga agar komedo tidak muncul kembali. Berikut ini langkah-langkah preventif untuk menghindari munculnya komedo, yaitu antara lain:
  • Mencuci wajah dua kali sehari dengan pembersih minyak atau pembersih jerawat.
  • Hindari rokok dan polusi yang berlebihan, pakailah masker pada saat di luar.
  • Menggunakan make-up, lotion dan wajah pembersih yang diperuntukkan untuk wajah berminyak.
  • Hapus bersih make-up anda sebelum tidur dengan air hangat.
  • Mengurangi asupan makanan berminyak, seperti cokelat, makanan goreng, dan fast food.
  • Mengkonsumsi makanan yang mengandung beta-karoten.
  • Jangan pernah meremas komedo karena dapat menyebabkan bakteri menyebar sehingga menimbulkan komedo baru dan bekas luka.
Demikianlah tips dan cara menghilangkan komedo secara alami. Anda bisa mempraktekannya di rumah tanpa perlu ke klinik kencatikan. Semoga berhasil dan mendapatkan hasil sesuai keinginan anda. Jika cara tersebut tidak bekerja efektif maka alangkah baiknya untuk berkonsultasi pada dokter spesialis kulit maupun ahli terapis alami untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Sekian.

Sumber : http://sehatsatu.com/cara-menghilangkan-komedo-secara-alami/